PERAN STRATEGIS MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN SAINS DALAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN TEKNOLOGI YANG TERBARUKAN
Oleh : Widdatul Barokah
Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNY
Masih teringat dalam benak kita ketika mendengar kata “mahasiswa” di waktu SMA. Dalam pandangan kita, mahasiswa merupakan orang yang pintar, kritis, identik dengan idealismenya, bisa menemukan hal-hal yang baru, berdemonstrasi di depan gedung DPR, bebas berekspresi dan cakap dalam kehidupan bermasyarakat. Setelah kita menjadi mahasiswa sungguhan, ternyata mahasiswa tidak hanya monoton seperti itu. Mahasiswa bisa menjadi agen perubahan, dan kampus sebagai wadah kita untuk belajar bermasyarakat dan sosial.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dalam pola pikir para mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepretasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa dengan cara mereka sendiri. Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :
1. Sebagai penyampai kebenaran (agent of sosial control).
2. Sebagai agen perubahan (agent of change).
3. Sebagai generasi penerus masa depan (iron stock).
Disini saya akan menjelaskan mengenai fungsi strategis mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi penerus masa depan khususnya dalam bidang pendidikan sains melalui energi yang terbarukan.
Untuk memahami sains bisa kita tinjau dari sisi istilah dimensi sains. Dari istilah, sains adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti sains mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi, dari sisi istilah sains adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Hakekat sains ada tiga yaitu sains sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses sains adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk sains. Proses sains ada dua macam yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses sains yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi.
Teknologi terbarukan merupakan produk dari hasil pembelajaran sains. Pendidikan Sains akan sangat bermanfaat ketika sains itu dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ilmu-ilmu seperti fisika, kimia dan biologi tidak hanya sebagai hafalan dan sebagai pengetahuan saja tetapi ilmu-ilmu tersebut sebaiknya bisa diterapkan dalam kehidupan nyata. Mahasiswa sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik dan yang paling lama menduduki bangku sekolah mempunyai horizon yang luas diantara masyarakat. Selain itu, mahasiswa adalah peserta didik yang paling tinggi tingkatannya seharusnya mampu berinovasi dari hasil mereka belajar dari TK sampai SMA. Apalagi mahasiswa sains, inovasi dan ide yang bagus harus selalu dikembangkan agar ilmu-ilmu yang didapat bermanfaat dan dinikmati hasilnya.
Sebenarnya, ide mengenai energi yang terbarukan sudah ada sejak dulu. Namun, hal itu hingga kini belum terealisasi dan dikembangkan secara optimal. Mahasiswa mendapatkan posisi yang sangat strategis dalam hal ini karena di usianya sedang memiliki energi yang maksimal. Sebagai mahasiswa yang produktif, mahasiswa harus berinovasi dan berkarya. Banyak wadah yang menunjang karya mahasiswa seperti PKM (Proposal Kegiatan Mahasiswa) yang nantinya akan diujikan ke PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). Di PIMNAS ternyata banyak karya-karya yang mencengangkan. Seperti halnya mesin pendeteksi banjir karya mahasiswa UNY yang berhasil memenangkan PIMNAS tahun lalu.
Agen perubahan disini adalah sebagai manusia yang berubah karna keadaan bangsanya, berusaha untuk membangkitkan semangatnya agar bisa menghadapi tantangan bangsa. Apalagi sekarang sedang maraknya isu global warming, sumber daya alam seperti minyak bumi lambat laun akan habis seiring dipakainya oleh masyarakat dunia secara terus-menerus. Hal ini mendorong sejumlah mahasiswa UGM yang menamakan dirinya Kamase, yang merupakan kepanjangan dari Komunitas Mahasiswa Sentra Energi. Kamase merupakan suatu organisasi kemahasiswaan independen yang didirikan pertama kali di lingkungan Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada yang memilih untuk concern dibidang energi terbarukan. Pilihan ini diambil karena berangkat dari idealisme mahasiswa untuk mengambil peran aktif dalam upaya konservasi energi di Indonesia. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa ketergantungan yang tinggi terhadap sumber-sumber energi tak terbarukan (bahan bakar fosil) di Indonesia telah membawa bangsa ini pada kondisi yang semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, perlu segera ditemukan solusi alternatif untuk menjamin ketersediaan energi (energi secure) dimasa mendatang.
Pada awalnya, Kamase yang didirikan pada tahun 2001 hanya merupakan kelompok lingkar studi mahasiswa Teknik Fisika yang melakukan kegiatan diskusi rutin untuk membahas isu-isu energi terbaru (the newest energi issues), dan menerbitkan buletin bulanan Kabare Kamase secara sederhana. Tujuan dari penerbitan bulletin tersebut selain untuk memperluaskan ide-ide dan gagasan Kamase dibidang energi terbarukan, juga sebagai media penyadaran akan permasalahan energi yang dihadapi saat ini, terutama kepada mahasiswa yang merupakan kelompok intelektualitas terbesar di negara ini. Selain itu, Kamase juga mengadakan beberapa kuliah umum bidang energi terbarukan di kampus UGM dengan menghadirkan pembicara dari dalam kampus dan luar kampus (pemerintah dan praktisi).
Lambat laun, kegiatan Kamase tidak terbatas pada diskusi dan penerbitan buletin. Upaya-upaya penyadaran akan pentingnya konservasi energi dan sosialisasi yang lebih massif tentang energi terbarukan telah dilakukan kepada khalayak yang lebih luas, terutama kepada para stakeholder melalui kegiatan-kegiatan seminar dan lokakarya, baik yang bersifat nasional maupun regional. Selain itu, Kamase juga mencoba untuk membangun jaringan dan kerjasama yang lebih luas, baik dengan pihak pemerintah maupun swasta, serta pihak-pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan energi di Indonesia untuk bersama-sama mencari pemecahan yang terbaik. Selain kegiatan yang bersifat ilmiah dan akademis, Kamase juga berusaha mengembangkan potensi energi terbarukan melalui kegiatan-kegiatan aplikatif di lapangan melalui pemberian advis teknis. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan tidak melupakan kegiatan utama, yaitu penguatan kapasitas intelektualitas kepada mahasiswa anggotanya.
Mahasiswa sebagai generasi penerus masa depan berarti mahasiswa sebagai pemuda yang akan melanjutkan perjuangan bangsa dalam mencapai tujuan kemerdekaan. Tujuan kemerdekaan itu ialah mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Masa depan bangsa ini terletak pada pemudanya yang berarti mahasiswa itu sendiri. Adanya ide mengenai energi terbarukan dituangkan dalam Konferensi Energi yang berlangsung pada tanggal 12-13 Oktober 2010 di Gedung Bergengsi Rote Rathaus, Berlin. Konferensi tersebut telah selesai dan berhasil mencapai tujuannya untuk menyebarluaskan berbagai informasi terkait hydrocarbon dan Energi Baru Terbarukan (EBT). Kegiatan internasional pertama yang digagas oleh PPI Jerman bekerjasama dengan KBRI Berlin dan Kementerian ESDM ini, dihadiri lebih dari 190 peserta, pemangku kepentingan di bidang energi terbarukan, baik dari Indonesia maupun Jerman.
Kepanitiaan dalam penyelenggaraan yang melibatkan peran aktif para mahasiswa Indonesia di Jerman tersebut, sekaligus merupakan wahana yang tepat bagi para generasi penerus untuk ikut memikirkan masa depan bangsa. Mereka datang dari seluruh kota Jerman untuk menyukseskan pembahasan masalah yang dihadapi bersama. Sebagaimana diketahui, permintaan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan, dengan sektor industri sebagai konsumen utama energi. Energi tersebut sebagian besar dipenuhi oleh bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara. Namun ketersediaan energi itu terbatas, diperkirakan dalam kurun waktu 20-30 tahun mendatang akan mengalami krisis energi. Untuk itu, pengembangan EBT merupakan suatu alternatif penyelesaian yang mendesak.
Para ahli energi Jerman dan Indonesia dalam konverensi yang bertema “Toward the Sustainability of Energi in Indonesia: Hydrocarbon Outlooks and Trends of Renewable Energi” ini mempunyai pandangan yang sama. Indonesia, mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengembangkan EBT seperti panas bumi (geothermal), tenaga air (hydro), energi cahaya, energi angin dan biomassa, dalam rangka kelangsungan ketersediaan energi. Proyeksi penggunaaan EBT pada tahun ini sebesar 4,4%; masih dianggap jauh di bawah pemanfaatan energi fosil seperti batubara (30,7%), minyak bumi (43,9%) dan gas bumi (21%). Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan menjadi 17% pada tahun 2025. Bahkan, Kementerian ESDM telah menetapkan visi EBT 25/25, yaitu persentase penggunaan EBT pada tahun 2025 bisa 25% dari penggunaan seluruh energi.
Pengembangan EBT memiliki beberapa kelebihan diantaranya biaya operasional yang rendah, tidak mengenal masalah limbah, dan tidak menyebabkan kenaikan temperatur bumi. Namun, pengembangan energi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan yang perlu segera dicarikan solusinya, antara lain masih rendahnya harga jual energi fosil, rekayasa dan teknologi yang masih harus impor dari luar negeri serta biaya investasi yang tinggi.
Terkait ini, konverensi memandang pentingnya pengembangan upaya seperti peningkatan kemampuan SDM, khususnya melalui kalangan universitas dengan pembentukan center of excellence untuk masing-masing jenis energi terbarukan. Diperlukan upaya-upaya yang lebih untuk mendorong institusi pendidikan dan riset melakukan pengembangan tersebut. Upaya ini diperkirakan memerlukan waktu dan menuntut perhatian yang lebih dari para pemangku kepentingan. Selain itu, kerjasama dengan negara lain yang mempunyai keunggulan teknologi di bidang ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Dalam kaitan ini, Jerman telah menyatakan keinginannya untuk menjadi mitra RI dalam pengembangan energi terbarukan. Langkah-langkah positif pun telah dilakukan oleh kalangan pengusaha kedua negara. Selain pendantanganan MOU antara GE Energi dan Ephindo Energi Private Limited, beberapa perusahaan RI-Jerman menjajaki kerjasama teknologi energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan di Indonesia, antara lain pengembangan solar panel untuk perumahan di Indonesia.
Karya Tulis Ilmiah
Konverensi menjadi semakin bermakna karena membahas berbagai isu terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia dengan melibatkan kalangan pemerintah, akademisi, institut riset, pengusaha, dan peran aktif generasi penerus bangsa Indonesia yang sedang menempuh studi baik di dalam maupun luar negeri (antara lain Inggris, Jepang, Swedia, Norwegia dan Belanda). Peran nyata dari generasi muda dalam memikirkan masa depan bangsa sangat menonjol. Hal ini terlihat dari 120 paper terkait pengembangan energi terbarukan di Indonesia yang diterima oleh panitia, dimana sebanyak 30 paper telah terpilih untuk dipresentasikan dalam konverensi. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan (diantaranya pengorganisasian dan comprehensiveness), memutuskan pemenang kontes karya tulis ilmiah. Penyaji paper terbaik untuk kategori mahasiswa undergraduate adalah Dyah Raysa Laksitoresmi (IPB Bogor) dengan topik “Gel Biothanol Made From Seaweed Industrial Waste With Carboxymethylcellulose (CMC) Thickening Agent as Alternative Household Cooking Fuel“, sedang untuk kategori graduate adalah Maria Elfani (London Metropolitan University) dengan topik “Renewable Energi and Its Impact on Employment in Indonesia“. Suwarno, mahasiswa asal ITS Surabaya yang sedang belajar di Norwegia dengan topik “Modified Lithium Borohydride for Mobile Hydrogen Storage“ berhasil menyabet penghargaan untuk kategori topik paling mempunyai prospek untuk diterapkan di Indonesia di masa depan. Penghargaan kepada para pemenang disampaikan oleh Adolf Guggemos, Manajer Pemasaran Wilayah Asia, Voith Hydro Holding GmbH & Co.KG Jerman.
Para mahasiswa merasa senang karena nantinya mereka mempunyai kesempatan untuk menerapkan keterampilan yang diperoleh di Jerman, Indonesia atau menciptakan kesempatan kerja di negara lain, dengan memanfaatkan jasa dari Pusat untuk Integrasi dan Migrasi (CIM). Lembaga tersebut selain memberikan jasa bantuan keuangan, juga menyediakan jasa informasi dan konsultasi, penempatan kerja, dan jejaring. Pada sesi penutupan, Dubes RI untuk Republik Federal Jerman, Eddy Pratomo, menyampaikan rasa bangganya kepada para mahasiswa generasi penerus bangsa. Di sela-sela menumpuh studi, masih menyempatkan dirinya untuk ikut memikirkan permasalahan bangsa dan memberikan masukan yang relevan terhadap masa depan bangsa dalam topik yang sedang hangat di dunia, energi terbarukan. Lebih lanjut, Dubes mengharapkan adanya tidak lanjut dari konverensi atau penyelenggaraan secara berkesinambungan. Penutupan dimeriahkan dengan penampilan Piano Duet Sonja Sungkono dan Shanti Sungkono yang telah berkali-kali mengisi acara-acara besar di Berlin dan mendapatkan sambutan tepuk tangan meriah dari para peserta (Sumber: KBRI Berlin).
Pemuda, dalam hal ini mahasiswa, dan teknologi memiliki hubungan yang sangat erat. Kaitan antara mahasiswa dan teknologi bisa dijabarkan sebagai manusia yang dalam usia produktif, penuh energi yang diharapkan dapat menciptakan teknologi dari yang sederhana sampai yang canggih atau dapat memanfaatkan teknologi yang ada dengan sebaik-baiknya demi meningkatkan kualitas diri dan lingkungannya. Melalui pendidikan sainslah energi yang terbarukan tersebut muncul.