ESSAI
Nama : Widdatul Barokah
NIM : 10312241027
Prodi : Pendidikan IPA Subsidi
Kelas : A
PENTINGKAH UJIAN NASIONAL IPA???
Sejak tahun 2007 mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam ujian Nasional SMP. Mata pelajaran yang diujikan menjadi empat, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika dan IPA. Mengapa harus IPA? Padahal tidak semua murid kompeten dalam bidang IPA. Ditambah lagi, tingkat ketidaklulusan siswa bertambah disebabkan nilainya jatuh dalam pelajaran IPA dan matematika. Di sini saya akan menjabarkan hakekat IPA dan mengapa IPA menjadi salah satu komponen utama penentu kelulusan.
Untuk memahami IPA bisa kita tinjau dari sisi istilah dimensi IPA. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi, dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar beserta isinya.
Hakekat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses IPA adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA. Proses IPA ada dua macam yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses IPA yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran, dan klasifikasi.
Masuknya IPA ke dalam mata ujian SMP sepertinya aneh dalam sistem pendidikan Indonesia. Bagaimana tidak? Kita tahu bahwa Ilmu Pengetahuan ada dua yaitu; alam dan sosial. Terutama di SMA, jurusan yang ada yaitu IPA, IPS dan yang baru-baru ini, jurusan bahasa. Namun, tonggak kelulusan SMP ada di mata pelajaran IPA. Padahal IPA merupakan salah satu momok yang menakutkan bagi siswa SMP. Mungkin jika IPS diikutsertakan dalam ujian Nasional, hal itu akan menjadi lebih adil dalam sistem Pendidikan. Akan tetapi, pada hakikatnya science atau ilmu alam begitu penting untuk dipelajari, bahkan berpengaruh sampai ke perguruan tinggi. Selanjutnya, posisi IPA dalam pendidikan sangat berpengaruh dalam masa depan peserta didik. Setelah lulus dari SMP, peserta didik akan melanjutkan ke SMA atau ke SMK. Dimana pada tahap itu, peserta didik akan kembali dihadapkan pada mata pelajaran IPA. Bahkan ilmu fisika yang merupakan bagian dari IPA menjadi ilmu yang penting dalam jurusan otomotif di SMK. Ilmu kimia dan biologi erat kaitannya di jurusan Tata Boga SMK. Ketika peserta didik lulus dari SMA maupun SMK, mereka dihadapkan pada perguruan tinggi yang menetapkan 3 kategori tes masuk. Tiga kategori tes masuk tersebut adalah IPA, IPS dan IPC. Untuk kategori IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran) banyak dari SMA yang jurusannya IPA mendaftar ke kelompok IPS, bahkan kebanyakan dari mereka bisa masuk dalam jurusan akuntansi, manajemen, sejarah dll yang merupakan kategori IPS. Sedangkan mereka yang dari jurusan IPS jarang yang masuk ke jurusan yang termasuk kategori IPA. Jadi, sebenarnya masuknya IPA di Ujian Nasional SMP adalah salah satu langkah konkret pemerintah untuk lebih mempersiapkan peserta didik ke jenjang selanjutnya dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi peserta didik. Sebenarnya peserta didik cenderung berubah-ubah dalam menentukan cita-citanya terutama ketika mereka masuk ke perguruan tinggi.
Ketika mereka sudah menduduki bangku kelas X SMA, bobot mata pelajaran IPA lebih banyak dari IPS. Dalam seminggu ada 8 jam mata pelajaran IPA yang terpecah menjadi 3 jam fisika, 3 jam biologi, dan 2 jam kimia. IPS hanya ada 5 jam dalam satu minggunya, yaitu 2 jam geografi, 2 jam ekonomi, dan 1 jam sejarah. Perbandingan 8 : 5 sangat mendiskriminasi IPS. Anak yang mahir dalam pelajaran IPA dikategorikan sebagai anak yang cerdas. Akan tetapi, mereka yang tidak mahir dalam mata pelajaran IPA padahal berbakat di bidang lain, dikategorikan anak yang “biasa-biasa saja”. Ini terjadi karena mata pelajaran IPA lebih sering diberikan daripada IPS.
Meskipun IPA merupakan momok, pada kenyataannya IPA mudah jika dipelajari dan dipahami. IPA adalah ilmu pasti sama halnya dengan matematika. Hal ini terbukti dari data Dinas Pendidikan DKI Jakarta tahun 2010 mengenai rata-rata hasil UN SMP, mata pelajaran IPA mendapatkan rangking satu dalam hal perolehan nilai 100. Sebanyak 1.406 siswa mendapatkan nilai sempurna dalam mata pelajaran ini. Menyusul kemudian mata pelajaran matematika yaitu dengan 1.150 siswa, kemudian bahasa Inggris dengan 271 siswa dan yang terakhir adalah bahasa Indonesia yaitu 14 siswa. Tetapi dalam hal rata-rata memang IPA menduduki rangking kedua, yaitu 6,46. Kalah dengan bahasa Indonesia dengan rata-rata 7,23. Sama halnya dengan catatan Dinas Pendidikan Jawa Timur, faktor yang berpengaruh dalam ketidaklulusan siswa SMP adalah mata pelajaran bahasa Inggris, IPA, dan matematika. Sebanyak 30.915 siswa gagal dalam mata pelajaran bahasa Inggris, 28.161 pada matematika, 26.578 pada IPA, dan terakhir 15.725 pada bahasa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa meskipun Ujian Nasional IPA sebagai momok tetapi pada kenyataannya para siswa SMP bisa mengerjakannya, bahkan banyak yang mendapatkan nilai 100. Sepertinya kita jangan mendiskreditkan IPA yang kelihatannya lebih berkuasa daripada IPS. Mengikutsertakan IPS di tingkat SMP menurut hipotesa saya tidak membuat IPS menjadi lebih disukai, lebih menarik, untuk murid-murid SMP, dan tidak membuat mereka menjadi makhluk sosial yang lebih baik. Atau singkatnya tidak menjadikan IPS lebih berarti. Kalau ada UANnya, target pembelajaran menjadi UAN, bukan lagi membuat ilmu itu menarik atau membuat murid berminat terhadap ilmu sosial. Untuk lulus UAN yang diperlukan hanya satu: menghapalkan nama-nama, tanggal-tanggal dll.
Jadi, masuknya IPA dalam Ujian Nasional SMP merupakan hal yang penting. Bahkan sangat penting dalam sistem pendidikan. Fisika, kimia, biologi yang termasuk di dalamnya merupakan ilmu dasar untuk mempelajari hal-hal lain yang sebenarnya bukan berbasic IPA. Siswa pun bisa mengerjakan Ujian Nasional IPA meskipun awalnya mengaku sulit.
0 komentar:
Posting Komentar